Saat cinta datang dalam hidupku, rasa bahagia yang kudapat.
Mendapat perhatian dari selain keluargaku. Dari seseorang yang berhasil
membuatku kagum padanya. Namanya terukir
indah dihatiku. Direlung paling dalam hatiku. Hingga sangat sulit untuk
menghapusnya. waktuku habis untuk memikirkannya, merindukannya dan berharap
memilikinya. Walau ku tau, dia dan aku adalah milikNya. tapi logikaku
mengalahkan hati nuraniku. Entah apa yang merasukiku saat itu.
Lambat laun aku mengerti, bahwa tak selamanya cinta itu
indah. Tak selamanya cinta itu menorehkan senyum diwajahku. Disaat aku terlena
akan cintanya, dia menjatuhkanku. Menjatuhkan aku yang sedang terbang dengan
angan tentangnya. Sakit memang. Namun aku tetap memaafkannya. Berulang kali ia
melakukan itu, dan aku tetap memaafkannya. Sampai lah aku pada batas
kejenuhanku. Jenuh untuk berharap dengannya. Jenuh untuk terus bersabar
untuknya. Jenuh untuk terus merasakan sakit karenanya. Dan aku memutuskan untuk
melupakannya. Mungkin, terlalu dalam kutuliskan namanya dihatiku. Hingga aku
benar-benar sulit menghapusnya. Semakin aku ingin melupakannya, semakin jelas
bayang dia muncul dipikiranku.
Sampai pada akhirnya ku temukan syair indah milik Ibnu
Athailah :
"tidak ada yang
bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi,selain rasa takut
kepada Allah yg menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat
hati merana!" (Ibnu Athaillah)
Apakah yang kurasa ini adalah syahwat? Separah itukah?
Mulanya aku menolak argumen itu. Tapi aku mengerti, yang kurasakan memang
syahwat. Lantas apa yang harus ku perbuat?? aku sangat takut. Sangat amat
takut. Akankah Allah mengampuniku? Mengampuniku yang telah menduakan cinta-Nya.
Menaruh nama lain diatas nama-Nya. Astagfirullah..
Aku harus berubah. Ya! Aku pasti bisa. Sebagaimana Allah
membuka pikiranku tentang ini.
Bukan hanya duduk termenung atas kesalahan ini. Tapi aku
harus malakukannya. Melakukan apa yang terulis indah di syair Ibnu Athailah
itu. Aku harus melakukannya saat ini, hari ini, dan detik ini juga. Sebelum
ajal menjemputku..


0 komentar:
Posting Komentar